Pusat Aneka Kitab Stambul

Al Qur’an Solusi Masalah Kehidupan

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah bahwa Allah telah menetapkan diri kita menjadi umat Islam, semoga Allah berkenan memperbaiki ilmu, iman dan taqwa kita.

Allah telah menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan yang tepat bagi penyelesaian masalah-masalah kehidupan umat manusia. Karena memang Allah lah yang mengadakan kehidupan, dan Allah pula yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan lurus dan benar dalam mengisi kehidupan.

Salah satu impian umat manusia awam adalah hidup dalam kemakmuran dan berkeadilan. Dalam kenyataannya kemakmuran dapat dicapai dengan produktifitas kerja phisik (raga), sedang keadilan dapat dicapai dengan produktifitas kerja phsikis(jiwa).

Umat manusia di jaman ini banyak yang terpana kepada kemakmuran negara-negara adi daya dan superpower, disebabkan karena keberhasilan membangun kemajuan phisik yang luar biasa pesatnya. Walaupun pada hari ini telah diperlihatkan tentang kenyataan terjadi ambruknya negara-negara adi daya, tetap saja manusia termangu-mangu menatapnya. Seolah-olah itulah jalan satu-satunya menempuh kemakmuran dan kenyamanan hidup.

Sampai-sampai umat manusia lupa tentang karakteristik asli manusia yang kuat dan cerdas, bila mereka tidak memiliki jiwa sosial, tidak memiliki rasa taqwa kepada Allah, maka senantiasa mereka akan berusaha mengambil keuntungan dari kaum yang lemah dan bodoh. Termasuk dalam masa-masa yang lalu dalam bentuk penjajahan phisik yang melelahkan. Disebabkan buruknya kwalitas moral dari orang-orang kuat dan cerdas yang ingin mengambil keuntungan dari orang-orang yang lemah.

Dapat sedikit disimpulkan, bahwa menggapai kemakmuran itu lebih mudah dibanding menggapai keadilan. Karena kemakmuran menyangkut ilmu phisik (raga), sedangkan untuk mewujudkan keadilan membutuhkan kesungguhan manusia dalam membangun pshikis (jiwa).

Allah telah menumbuhkan moral keadilan dalam jiwa manusia dengan sifat taqwa yang wujud di hati manusia, antara lain

…….Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. (QS. Al-Maaidah:  8 )

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Qashash: 83)
Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Al-Qashash: 84)


Apakah ada orang beriman yang ingin kembali ke akherat dalam kondisi memetik balasan amal buruknya lebih banyak dari balasan amal baiknya, alias masuk neraka ???, tentu tidak ada. Kesadaran manusia tentang kehidupan akherat, dan balasan di akherat yang ditanamkan dengan baik dihati manusia, dialah sumber mata air sifat-sifat adil dari diri manusia. Namun pembiasaan-pembiasaan untuk memiliki sifat-sifat adil tersebut harus juga dilatih pada diri manusia.

Tebalnya iman dapat dijaga dengan ilmu dan ibadah-ibadah khusus, namun sifat taqwa dibutuhkan pembiasaan-pembiasaan yang terus menerus agar manusia suka beramal nyata. Misalnya Abu Bakar dan Umar sering berlomba untuk melaksanakan sedekah dan menyantuni orang miskin di setiap hari. Namun sahabat Umar sering kalah menghadapi keunggulan sahabat Abu Bakar. Membangun sifat taqwa membutuhkan pembiasaan dan pemaksaan diri.

Manusia yang sadar dalam ketaqwaannya tidak akan pernah ingin mencelakai dirinya sendiri dan orang lain dengan amal-amal yang buruk dan jahat. Sehingga dia akan selalu menempuh jalan-jalan kebaikan untuk diri dan orang lain. Bukankah amal baik yang diberikan kepada orang lain itu pada hakekatnya balasan kebaikannya juga akan dipetik oleh dirinya sendiri???

Banyak orang yang ingin mendapat kenyamanan dan kenikmatan untuk diri sendiri digapai dengan jalan menyengsarakan, menyusahkan, mencelakai orang lain. Dapat dipastikan orang yang melakukan tersebut adalah orang yang sedang kehilangan kesadaran. Karena segala kejahatan yang telah dia perbuat dan menghasilkan kenikmatan itu, pada suatu saat akibat buruknya akan dipetik dan ditanggung olehnya. Bila orang-orang ini menyadari tentu mereka tidak akan mau berbuat jahat.

Namun perlu diingat faktor sangat kuat yang mempengaruhi manusia, membisik kedalam hati manusia yaitu bisikan syaitan dan syaitan telah bersumpah

Iblis berkata:”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (QS. Al-Hijr: 39)
keculi hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (QS. Al-Hijr: 40)
Allah berfirman:”Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya). (QS. Al-Hijr: 41)
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (QS. Al-Hijr: 42)

Umat manusia tidak akan pernah mampu menghilangkan sifat-sifat jahat dalam dirinya kecuali harus dengan bimbingan Allah SWT. Kita akan melihat secara nyata negri kita ini akan menjadi negri yang makmur dan berkeadilan bila masing-masing manusia telah mengetahui dan menyadari akan adanya musuh yang ada di dalam dirinya masing-masing yaitu Iblis laknatullah, yang selalu berusaha menggelincirkan manusia dari jalan lurus yang ditempuh oleh umat manusia.

Dan untuk mengalahkan Iblis laknatullah itu tidak ada cara lain kecuali dengan petunjuk Allah, hidayah Allah, tuntunan Allah, cahaya dari Allah, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan sebenarnya hal itu sudah diketahui oleh nenek moyang kita yang sholih-sholih yang telah bahagia hidup dengan tekun berpegang teguh kepadanya.

Negri kita yang indah ini akan dipenuhi dengan kemakmuran yang berkeadilan bila seluruh manusianya atau kebanyakan manusia telah bertaubat dan kemudian kembali menekuni Al-Qur’an dan As-Sunah, mencintainya, membacanya, menekuninya, menghayatinya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan tidak menyampurnya dengan kebatilan-kebatilan yang masih tersebar luas di tengah-tengah kehidupan di saat ini.

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa banyak orang telah menyimpang sifat kemanusiaannya disebabkan karena telah tersusupi iblis, dan kemudian berbuat dengan perilaku Iblis, tetapi tidak ada peraturan-peraturan atau karya-karya manusia yang dapat mengalahkan kejahatan iblis, kejahatan iblis hanya dapat dikalahkan dan diselesaikan dengan kembali kepada Al-Qur’an wahyu Allah.

Namun untuk kembali berpegang teguh pada Al-Qur’an wahyu Allah membutuhkan kemauan yang sungguh-sungguh, dan itulah kesungguhan membangun jiwa , kesungguhan manusia membangun phsikis, yang menjadi syarat utama sumber hidup berkeadilan. Ketekunan umat Islam belajar Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi sumber kuat terciptanya keadilan Wallahu’alam.

sumber: www.mta.or.id
Back To Top